Sabtu, 12 Maret 2022

BULIR - BULIR IMAN

 Termenung sejenak: Minggu Prapaskah II 

Mengalami pemandangan di ketinggian memang memukau dan mencengangkan. Banyak hal baru yang dapat dinikmati. Itulah yang terjadi dengan Petrus, Yakobus, dan Yohanes ketika diajak Yesus mendaki gunung (Lukas 9:28-36).

Bagi yang pernah mendaki gunung, perjuangan naik gunung memang tidak mudah, mengalami jatuh bangun, terpeleset, terkena duri, capai, haus, berkeringat, terasa berat dan ingin menyerah.

Namun ketika mencapai puncak gunung, semua kelelahan dan keluh kesah dalam perjalanan akan seketika sirna. Yang ada adalah kekaguman akan keindahan dan keagungan Allah yang mencipta alam semesta begitu indah.

Maka tidak heran, Petrus, Yakobus dan Yohanes enggan untuk turun. Apalagi mereka mengalami pengalaman iman yang luar biasa, "Kata Petrus kepada Yesus: ...Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu. (TB Luk 9:33)

 Jika mungkin minta untuk berlama-lama dalam keindahan.

Demikian pulalah dengan hidup kita. Ketika kita mendaki gunung kehidupan, gunung pekerjaan, karir, kesuksesan, kebahagiaan, gunung kekuasaan. Tidak dipungkiri akan juga mengalami jatuh bangun, bahkan mungkin kembali terperosok ke jurang yang dalam. Mengalami kejatuhan, tertusuk duri kehidupan, kecewa dan gagal. 

Namun jika ingin sukses sampai puncak gunung kehidupan itu harus tetap bangkit dan mencoba kembali, memulai kembali.

Kalau kita tak mau bangkit dan hanya menikmati keterperosokan dalam kegagalan dan pengalaman kegelapan, maka kita tak pernah akan sampai puncak hidup yang indah.

Namun, jika sudah sampai di puncak, jangan lupa melihat kebawah, bahwa kita perlu turun dan berbagi pengalaman keindahan hidup itu pada yang lain. Jika mungkin mengajak pula mendaki gunung kebahagiaan itu.

Tetapi banyak pula yang terlalu menikmati keindahan itu dan enggan untuk turun. Bahkan jika mungkin ingin kekal berada di puncak gunung .... itu.

Sahabat, mari berjuang mendaki gunung kehidupan kita masing-masing. Jangan patah semangat, bangkit dan bangkit lagi, mencoba dan terus mencoba. Maka saatnya nanti akan pula melihat kemuliaan Allah dalam gunung hidup kita.

(Ignas SCJ-GS'22)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar