Memikul
salib
Suatu ketika, aku
menaiki kapal ferri menyeberang ke pulau Jawa. Begitu kapal hendak merapat,
banyak pria-pria melompat dari dermaga ke dalam kapal yang belum sepenuhnya
merapat. Aksi yang sangat berbahaya, karena jika salah pijak mereka akan mendarat
di atas air dan tidak tertutup kemungkinan terhimpit kapal yang bergerak
merapat ke dinding dermaga.
Di atas kapal, mereka
berebut mencari penumpang dengan banyak bawaan. Ternyata mereka adalah buruh
angkat barang yang akan membantu kita mengangkat barang bawaan dari kapal
sampai ke terminal bus.
Aku tertegun melihat
seorang pria bertubuh kecil dapat mengangkat beberapa barang berupa kardus dan
tas dalam jumlah banyak tanpa kesulitan. Mereka memang harus melakukan itu.
Sanggup atau tidak mereka harus memaksakan diri membawa barang berat agar dapat
menafkahi keluarganya. Ternyata mereka juga mempunyai trik dan cara agar
banyaknya barang tidak menyulitkan mereka berjalan. Mereka memang sudah
terlatih dengan keadaan yang harus dihadapi setiap hari.
Yesus
berkata,”Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, Ia tidak dapat
menjadi murid-Ku.” (Lukas 14:27)
Belajar dari para
buruh angkat barang di pelabuhan tadi dalam memikul, jadikanlah salib kita
sebagai barang bawaan yang kita butuhkan dalam menjalani hidup. Buatlah
keyakinan dalam diri bahwa salib itu adalah nafkah yang penting bagi kebutuhan
jiwa kita.
Berlatihlah selalu
dalam memikul salib kita, agar kita mempunyai daya angkat yang lebih besar dan
salib kita akan terasa ringan. jangan mengeluh atas besarnya salib yang harus
kita pikul, karena semakin besar barang yang dipikul, semakin besar upah yang
diberikan oleh si pemilik barang. (salam damai)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar